-->

Masalah Pendidikan di Wilayah Indonesia Timur

- 12:33:00 PM

Masalah Pendidikan di Wilayah Indonesia Timur

 
Pendidikan adalah satu dari sekian banyaknya modal yng Amat penting bagi menjalani ke hidup-an bermasyarakat, lantaran yang dengannya adanya pendidikan, kita mampu memahami banyak sekali berita. Era ini, kualitas pendidikan di Indonesia memanglah terbilang cukup memprihatinkan. Didasari data dari UNESCO, Indonesia menempati posisi 109 dalam angka Human Development Index (HDI) yng dihitung didasari beberapa aspek, termasuk kualitas pendidikan. Menurut studi survei yng di lakukan instansi Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan Indonesia menempati posisi 12 dari 12 negara di Asia yng disurvei. Sedangkan menurut data The World Economic Forum di Swedia, daya saing pendidikan di Indonesia termasuk rendah, yakni menempati urutan 37 dari 57 negara yng disurvei.


Pendidikan di Indonesia bukan cuma soal masalah kualitasnya saja, akan tetapi pun perihal pemerataan. Masih tidak sedikit daerah-daerah pelosok di Indonesia yng belum mendapatkan pendidikan yng layak. Masalah pelayanan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia kerap kali terhambat oleh beberapa faktor, menjadikan sulit bagi mewujudkan pelayanan pendidikan di daerah-daerah tertinggal, lebih-lebih di wilayah Indonesia Timur. Selain sarana serta prasarana yng kurang serta belum memadai, kualitas dari guru serta tenaga pengajar lain pun dirasa masih belum kompeten.


Masalah Pendidikan di Wilayah Indonesia Timur

Akibatnya tidak sedikit anak-anak yng putus sekolah. Didasari data dari Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal serta Informal (PAUDNI), terdapat sekitar 800 ribu anak-anak putus sekolah di daerah Indonesia Timur. Selain itu, daerah Indonesia Timur pun masih mempunyai angka buta huruf yng tinggi. Malah 3 provinsi yang dengannya presentase tertinggi penduduk yng buta huruf berasal dari provinsi di Indonesia Timur, yakni provinsi Papua (36,31 persen), Nusa Tenggara Barat (16,48 persen) serta Sulawesi Barat (10,33 persen). Sementara provinsi di Indonesia Timur lain pun mempunyai presentase buta huruf di atas 5 persen, yakni Nusa Tenggara Timur (10,13%), Gorontalo (5,05%), Sulawesi Tenggara (6,76%) serta Papua Barat (7,35%).


Di wilayah Papua, perkembangan pendidikan terbilang paling memprihatinkan. Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Papua masih rendah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan andai lebih dari 50% anak-anak usia sekolah (3-19 tahun) tak memperoleh pendidikan di sekolah. Minimnya fasilitas masih menjadi faktor utama. Di Papua, masih tidak sedikit sekolah yng berdiri seadanya yang dengannya mempergunakan tenda serta kursi yng lapuk. Kualitas pengajar yng tersedia pun belum kompeten.


Selain masalah fasilitas serta SDM, penyebab utama lainnya merupakan minimnya stimulasi yng diberikan pada anak usia dini. Di Papua, anak-anak lebih tidak sedikit tumbuh serta berkembang alami tanpa diberikan edukasi yng baik. Minimnya system pengajaran sejak usia dini, semisal PAUD ataupun TK, tentu membuat pendidikan di Papua menjadi terlambat serta tak terstruktur. Selain itu, istiadat serta kebudayaan setempat pun secara tak langsung menjadi penghambat system pendidikan di Papua.


Sementara di wilayah Maluku, masalah pendidikan yng ada pun hampir sama. Di daerah-daerah terpencil di Maluku, masih tidak sedikit ditemui sekolah yang dengannya kondisi yng memprihatinkan. Faktor prasarana yng tidak baik dan tenaga pengajar yng kurang masih menjadi penghambat utama.


Di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), masalah pendidikan terbilang cukup kompleks. Masyarakat di NTB masih belum memahami pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Hal ini mendorong banyaknya anak yng putus sekolah. Para pelajar pun tidak sedikit yng enggan melanjutkan pendidikan ke jenjang yng lebih tinggi. Akibatnya tidak sedikit penduduk NTB yng buta aksara. Tercatat sebanyk 417.991 warga NTB menyandang buta aksara ataupun sekitar 16,48 persen dari total penduduk yng ada.


Sedangkan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), kualitas pendidikan pun tergolong rendah. Masalah SDM yng ada menjadi faktor utama. Tercatat hampir 50 persen dari total 80 ribu guru di NTT cuma mempunyai ijazah SMA. Hal ini tentu memberi pengaruh mutu pendidikan di NTT. Tidak sedikit pun sekolah di daerah pedesaan yng kekurangan guru serta tenaga pengajar lainnya.


Melihat fakta-fakta yng ada, tentu mampu dikatakan bahwasanya kualitas pendidikan di wilayah Indonesia Timur masih tertinggal, andai dibandingkan yang dengannya wilayah lain di Indonesia semisal Jawa, Sumatera ataupun Kalimantan. Dibutuhkan penanganan dari pemerintah serta seluruh pihak bagi mampu mengatasi permasalahan ketertinggalan pendidikan di wilayah Indonesia bagian Timur ini. Sekian informasi nasional di artikel ini.


(zakipedia)
Source :zakipedia.blogspot.co.id

Seputar Masalah Pendidikan di Wilayah Indonesia Timur

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Masalah Pendidikan di Wilayah Indonesia Timur